Monday, February 15, 2016

KESUCIAN ILMU DI AWALI DENGAN KESUCIAN MAKANAN

Ilmu ada ruhnya yang bisa mengantarkan kita ke jalan yang bagus, tetapi juga bisa menyeret kita je jurang kenista'an. semuanya tergantung siapa yang mau membawanya.
Kalau yang membawa ini orang jujur, maka ilmu akan melahirkan sifat ketawadlu'an,
Tapi bila ilmu itu di bawa oleh orang gegabah atau ceroboh, maka ilmunya akan lari, mudah lupa.

Kesucian ilmu tergantung dari kesucian ketika proses hasil memakan rizqi, kalau hasil makanannya hasil murni halal bersih dari syubhat, maka kesucian dan kemurnian ilmu akan terjaga nur ilahiyah. sehingga makan yang suci akan berubah menjadi darah putih yang bisa melahirkan kecerdasan otak, menjadi daging, hati akan di naungi sifat-sifat keendahan.
Bila hasil makannnya terdapat barang syubhat, maka akan menjadi darah kotor, menjadi daging, sehingga sulit untuk mendapatkan hidayah (petunjuk).

Banyak kalangan para santri atau orang yang mencari ilmu, ketika belajar tidak memperhatikan adab-adabnya sebagai "Tolabul-Ilmi", waktu di pesantren atau di tempat lembaga lain, tidak wara', sering melakukan ghosob sandal, makan di warung, atau ketika belajar mengaji tidak berwudlu, ini juga bisa menyebabkan ilmu tidak mau masuk dalam hati seseorang. Karena ilmu itu sangat suci, dan harus di hormati.
Untuk medapatkan sesuatu yang suci, maka hati kita harus suci, bersih dari sifat sombong, sifat kikir, tamak, rakus terhadap gemerlapnya dunia, tidak su'udlon pada manusia maupun binatang. Malah kita ketika belajar ilmu, atau mendengarkan ilmu, di haruska merendah diri, merasa butuh, merasa bodoh, harus ta'dzim pada gurunya dan kerabatnya. Karena ilmu itu ibaratkan seperti air, di mana air akan menempati sesuatu tempat yang rendah.

Lebih dari itu ibarat kita kita menitipkan barang pada sesorang, sementara orang yang titipi barang itu orang gegabah, coroboh, se'enaknya sendiri, tidak mau bertanggung jawab, maka orang menitipkan akan marah. bahkan akan menarik kembali barang titipan itu. begitu juga dengan Ilmu, ilmu itu titipan allah swt yang di berikan pada hambanya, jika di titipi ilmu, sementara kita ceroboh, gegabah, tidak peduli dengan ilmu yang di berikan pada kita, maka allah akan marah juga, dan allah akan menarik kembali ilmu itu dengan sifat mudah lupa.

Ilmu itu bisa menyeret kita kebaikan dan juga bisa menyeret kita kenistaan.
begitu juga dengan harta kekayaan dunia. duwit itu bisa menyeret kita kebaikan dan juga bisa menjerumuskan ke jurang lembah fitnah.
Sedangkan ilmu yang bermanfaat adalah bertambahnya berkah dan bertambahnya keebaikan pada yang membawanya, "Ziyadatul-Khoir ba'dal -Khoir" semakin tua, semakin berilmu, dan semakin menundukkan hatinya pada yang memberi ilmu.

Ini menjadi pembelajaran pada diri kita semua, banyak kalangan para santri atau mahasiswa ketika belajar di pesantren atau di kampus tidak mau menjaga adab-adabnya sebagai murid. maka ketika di rumah, banyak masyarakat tidak butuh dengan ilmu kita yang kita pelajari. malah banyak orang berilmu tidak mencerminkan, atau tidak melahirkan sebagai orang ber-ilmu, malah masyarakat menilai sebaliknya. makanya banyak masyarakat menyebut "Santri Tambalan" atau mahasiswa golek dua lembar ijazah yang menjanjikan mendapat suatu pekerjaan di pabrik atau buruh institusi. Maaf ya! saya tidak menyalahkan jadi buruh pabrik, atau pekerja, paling tidak seandaianya kita terpaksa menjadi bekerja di suatu bidang apapun, bisa mewarnai kebaikan, kemanfatan di hadapan teman sendiri maupun teman kantor di lembaga tersebut.

Ilmu itu tidak bisa di ukur dengan segudangnya ilmu pengetahuan, tidak bisa di ukur dengan pandai-nya menasihati atau pinternya ceramah.
Akan tetapi ilmu yang indah adalah bisa membuat kita takut pada tuhannya.
Sedangkan, Puncaknya Ilmu kehidupan adalah merendahkan diri, tidak sombong atau angkuh, bisa memberi pertolongan kepada orang lain, bisa memberi kedamaian kepada orang yang di sekelilingnya, bahkan semua sahabat dan masayarakat merasa nyaman dengan orang yang membawa berilmu. bisa mengobati luka kejenuhan hidup ketika banyak masalah. karena ilmu itu lampu bagi yang membawa, yang bisa menunjkkan jalan kebaikan, dan juga bisa menuntun bagi orang yang berada di sekelilingnya.

Semoga kita termasuk orang yang bisa menjaga diri dari sifat sombong. ....

**************
Jogjakarta / Selasa / 15 / Februari / 2015.
Muhson Arrosyid

No comments:

Post a Comment