Monday, April 4, 2016

PESANTREN HARI INI



Ada orang bilang pendidikan pesantren adalah pendidikan primitive dan ada juga mengatakan pendidikan yang ketinggalan jaman. Ya  begitulah orang di luar pesantren menilai demikian, tapi yang jelas pendidikan pesantren adalah lambang peradaban pendidikan yang pas, khususnya di Indonesia.

Setiap sesuatu yang bagus, murni  atau yang asli, maka banyak sesuatu di sekitarnya ada yang tidak murni atau asli, artinya banyak tiruan atau jiplakannya, dan ini sudah menjadi hal yang lumrah dan wajar bagi orang yang mencari keuntungan bisnis semata.

Contoh; 
Ketika ada emas yang murni yang harganya mahal, di situlah banyak emas palsu atau campuran, ketika orang meneliti emas yang kebetulan yang di teliti itu bukan asli, maka orang berpendapat emas itu palsu dan macem-macem pendapatnya.

Ketika ada orang meneliti tentang pendidikan pesantren, kebetulan yang di teliti itu bukan bukan pesantren yang salaf (tidak mengajarkan Kitab kuning) atau yang asli, artinya yang di teliti ini pesantren pesantren modern yang baerbasis asrama, maka orang akan memandang, menilai, menyimpulkan, terus berpendapat demikian, berarti pesantren itu identik ajaran modern barat, karena yang di teliti itu bukan pesantren yang asli.  jawab dewe.

Begitu juga dengan lembaga pendidikan pesantren, di mana pendidikan pesantren suatu pendidikan yang bagus dan murni, bahkan seluruh dunia mengakui keberadaan pesantrenlah yang menjaga persatuan ummat seluruh dunia. Mungkin saat ini tidak ada suatu Negara di dunia ini yang menyamai model peradaban pesantren sekarang ini, atau lebih gamblangnya dengan bahasa tidak ada sebanyak pendidikan pesantren di Negara lain kecuali Indonesia tercinta ini. Pada tahun 1990an jumlah pesantren di perkirakan mencapai 30ribu di seluruh pelosok Indonesia baik pesantren yang berdiri bertahun-tahun maupun pesantren yang baru berdiri.

Munculnya suatu pesantren di awali keprihatinan masyarakat setempat betapa pentingnya pendidikan akhlaq, sehingga banyak pesantren juga mendirikan madrasah-madrasah dari mulai madrasah diniyah ibtidaiyah, Tsanawiyah, aliyah dan madrasah ma’had Aly, semua itu di bawah naungan pondok pesantren dan pimpin oleh seorang tokoh kyai, karena pandangan masyarakat terhadap pesantren sangat kuat sekali dan banyak orang tua yang minat di pesantren, dari pada sekolah umum di luar pesantren.

Saat itulah pemerintah atau para pembisnis mulai cemburu dengan adanya pendidikan pesantren, maka mereka berusaha menglabuhi dan membuat rekayasa meskipun tidak kelihatan. Pertama kali pemerintah datang ke pesantren adalah berlagak seperti bapak, yang sok “Superhero” menjadi dewa penolong, seperti membantu keuangan dana atas bangunan madrasah, dengan hasil menggelontorkan uang guna pembuatan bangunan baru, pelan-pelan mereka merayu dengan bahasa manis, tapi di balik itu ingin merampas madrasah itu, sehingga MI, MTs dan MA menjadi Negri, yang pada awalnya di bawah kebijakan pesantren di alihkan, kini madrasah tersebut sekarang sudah menjadi milik Depag atau pemerintah. Sehingga banyak madrasah-madrasah sekarang di setir oleh pemerintah, dengan menyusupkan kurikulum baru di Madrasah tersebut, dan kebijakan pesantren sudah tak berlaku kembali.

Begitu juga dengan perguruan tinggi seperti Institut islam yang dulu di dirikan oleh seorang tokoh Ulama’ juga di rembut oleh pemerintah juga, seperti IAIN sekarang ini sudah beda dengan pendidikan pesantren. Malah di kampus islam banyak mengajarkan study yang tidak mengajarkan study pesantren, sehingga adab dan ma'dubnya sudah luntur. Karena kampus sekarang hanya sekedar mengajarkan teory-teori semata, dan bahkan sebagai ladang mencari title, gelar dan ladang untuk mendapatkan SK ijazah mencari uang. itupun agar mendapatkan ganti si suatu pekerjaan.

Maka jangan heran bila pesantren atau madrasah islam sekarang harus ada izin dari pemerintah depag, dan di tuntut akreditasi. Padahal pendidikan pesantren ada sebelum ada depag. Ada lagi yang mengatakan kalau tidak izin tidak dapat SK dari depag, ini kan lucu banget.  
--------------------------------------------------------------------
Jogjakarta / Ahad / 03 / April / 2016.
Lek son wong ndeso

No comments:

Post a Comment